Profil Potensi Desa


1.   Sumber Daya Alam

        Aset Sumber Daya Alam (SDA) yang terletak di desa Besuki terdiri atas: persawahan-pertanian, tegalan (lahan kering), mata air, perikanan, perkebunan sayur mayur, saluran irigasi tandu dan lapangan sepak bola. Aset SDA ini tersebar di 4 dusun, yaitu dusun Sikapat, Kesenet,sipait dan Kalisalak.

        Aset SDA ini merupakan salah satu faktor kunci dalam perekonomian masyarakat Desa Besuki. Hal tersebut disebabkan oleh mayoritas masyarakat desa Besuki sangat bergantung penuh dengan pertanian dan peternakan. Pertanian yang dimaksud disini adalah pertanian yang terdiri dari tanaman pangan (padi dan palawija) dan perkebunan hortikultura. dan peternakan yang dimaksud adalah peternakan kambing.

        Adapun luas tanah sawah dan lahan tegalan di desa Besuki adalah; Luas sawah 93, 97 Ha dan luas lahan tegalan 300 Ha. Letak areal persawahan ini berada di Dusun sikapat , sipait dan kalisalak. Sementara letak kawasan peternakan berada di Dusun Sikapat,Kesenet ,Sipait dan kalisalak. Dari luasan lahan pertanian tersebut, rata-rata tiap tahunnya, pertanian desa Besuki mampu menghasilkan 333.8 Ton hasil pertanian yang terdiri atas jagung, ketela, padi ,kacang tanah ,kacang panjang, cabai dan jenis umbi-umbian lainnya.

        Tanaman komoditas tersebut telah memberikan kontribusi langsung terhadap perekonomian 872 Kepala Keluarga (KK) yang tergolong sebagai petani. Dan di pihak lain juga mampu menyerap tenaga kerja (buruh tani) dari lingkungan sekitarnya, khususnya penduduk desa Besuki.

        Namun dalam pengembangan pertanian tersebut, mayoritas petani desa Besuki menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan, yaitu kurang tersedianya infrastuktur jalan usaha tani yang memadai juga irigasi (pengairan) ke areal persawahan. Saluran-saluran irigasi yang tersedia, yang bersumber dari sungai Mangur , sungai geblog seringkali rusak dikarenakan bahu irigasi kerap terancam bahaya longsor. Sehingga seringkali jika dilanda kekeringan, para petani harus mengeluarkan ongkos produksi agar lahan pertaniannya tetap berjalan dengan baik. Dan akibatnya petani seringkali merugi. Persoalan irigasi di desa Besuki, sudah menjadi persoalan laten dari masa ke masa pemerintahan desa sebelumnya. Hal ini tetap menjadi tantangan bagi pemerintah desa Besuki saat ini dibawah kepemimpinan Triyono. Walaupun terkadang terdapat faktor lain seperti bencana alam, seperti longsor ataupun datangnya musim kemarau, persoalan pembangunan irigasi tetap menjadi faktor utama dalam penyokong berfungsinya pertanian secara baik.

Foto areal persawahan di desa Besuki

Melihat persoalan dan tantangan ini, pemerintah Desa Besuki kedepan di haruskan secara serius untuk memecahkan persoalan infrastruktur irigasi. Terkait untuk menunjang tersedianya kebutuhan air untuk pertanian, pemerintah Desa Besuki  akan merevitalisasi mata air yang tersebar di 4 dusun yang selama ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air minum utama dengan penenaman pohon pelindung mata air. Namun usaha tersebut juga dihadapkan sejumlah tantangan, yaitu selain letaknya yang jauh, kesadaran warga juga masih kurang dengan mengambil pakan ternak dari pohon pelindung mata air. Sejumlah mata air yang masih tersisa kini terancam rusak oleh semakin berkurangnya tanaman pelindung di sekitarnya, sehingga debit air  semakin berkurang.

        Begitu juga dalam hal pengembangan pertanian di lahan kering (tegalan), terdapat beberapa macam tantangan yang serius. Diantaranya adalah seringnya tanaman di lahan kering milik masyarakat desa diserang oleh hama penyakit. Hal ini salah satunya, disebabkan oleh minimnya pengetahuan terhadap pemilihan jenis tanaman yang tepat, karena pada umumnya lahan tegalan berada di kawasan dataran tinggi. Untuk itu kedepan, pelatihan-pelatihan kepada kelompok pertanian menjadi penting agar perekonomian petani menjadi meningkat.

2.     Sumber Daya Manusia

        Sumber Daya Manusia (SDM) di desa Besuki terdiri dari beragam latar belakang. Yaitu petani, buruh tani, tukang batu dan kayu, TNI, bidan, penjahit, pandai besi, montir, guru, ustadz/ustadza,  pemulung, pemijat, pedagang, dll. Jumlah terbesar dari jenis SDM tersebut adalah berasal dari petani dan buruh tani. Angkanya mencapai; petani 1055 orang, buruh tani 115 orang.

        Terkait dengan keragaman SDM ini, terdapat beberapa tantangan yang patut menjadi catatan. Misalnya terkait dengan kelangsungan profesi petani yang sudah dijelaskan di atas bahwa untuk kedepan jika tidak terdapat perubahan yang baik terhadap perbaikan infratsruktur pertanian (irigasi) maka kemungkinan besar yang akan terjadi adalah menurunnya jumlah angka petani akibat alih fungsi lahan  ataupun terjadinya mobilitas horizontal, yaitu dari petani menjadi buruh tani

Foto kelompok tani desa Besuki sedang tanam perdana

Kelangsungan kehidupan buruh tani juga demikian. Buruh tani merasa profesi yang dilakoninya kurang menjanjikan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga secara layak. Hal ini disebabkan kurang layaknya (minimnya) upah harian ongkos kerja (HOK). Selain itu menurut kelompok buruh tani, peluang untuk bekerja sebagai buruh tani juga tidak selalu tersedia dengan pasti karena banyaknya lahan pertanian yang semakin tidak produktif karena irigasi yang tidak baik. Keberadaan dan hubungan antara petani dan buruh tani ini secara holistic saling berkaitan, terutama dipengaruhi secara langsung oleh infrastruktur irigasi.

        Untuk profesi tukang kayu, batu, penjahit, pandai besi juga mendapatkan tantangan serupa. Tidak lain adalah minimnya peralatan yang dimiliki, minimnya promosi produk juga lemahnya modal. Hal tersebut membawa pekerjaan yang mereka lakukan terkadang tidak berkembang secara baik. Terkait dengan ini, pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang ketrampilan dan keahlian yang selanjutnya dapat membawa dampak peningkatan perekonomian bagi profesi tersebut harus dilakukan dan di pihak lain ketersediaan institusi yang dapat memberikan bantuan modal juga harus tersedia. Hal ini mengingat dari data desa tahun 2015, bahwa angka pengangguran di desa Besuki masih tergolong tinggi, jumlahnya mencapai 187 orang.

3.   Sosial

Desa Besuki, dalam menjalankan hubungan sosial keagamaan selama ini, telah didukung oleh adanya keberadaan  TPQ yang tersebar di 4 dusun. Keberadaan lembaga tersebut dianggap telah berhasil meningkatkan ketaqwaan para peserta didik dan menciptakan lingkungan desa Besuki yang religius.

Selain TPQ, di desa Besuki juga terdapat aset sosial keagamaan yang cukup penting dan berpengaruh langsung terhadap kehidupan sehari hari. Yaitu kegiatan-kegiatan yang berupa: tahlilan, pengajian salapanan, sewelasan, Istiqosah, Dalail, Manaqib. Selain itu juga terdapat komunitas tariqah Nasabandiyah, dll. Aset sosial ini selain mampu menciptakan kehidupan yang lebih religius, juga telah berkontribusi langsung dalam menciptakan suasana desa Besuki menjadi lebih tertib dan tingkat sosial yang baik.

Namun walaupun begitu, dalam menjalankan rutinitasnya, juga terdapat beberapa tantangan. Yaitu minimnya sarana dan prasarana pendukung serta terjadinya pasang surut jumlah anggota. Sehingga kegiatan-kegiatan yang menjadi agenda rutin dan mampu membangkitkan rasa sosial antar masyarakat menjadi sering terhambat. Mengingat hal ini, dukungan pembangunan sarana dan prasarana serta peningkatan kordinasi antar lembaga keagamaan menjadi agenda penting yang harus dilakukan bagi desa Besuki kedepan.

Dalam hubungan sosial kepemudaan sehari-hari, Desa Besuki memiliki aset sosial kepemudaan berupa Karang Taruna. Selain itu juga ada kegiatan pendukung berupa: gotong royong dan kerja bakti . Keberadaan lembaga-lembaga dan kegiatan tersebut telah mampu menciptakan hubungan sosial antar kelompok pemuda dan masyarakat yang memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan desa. Misalnya lahirnya kesadaran pemuda yang cinta lingkungan.

Tetapi dalam proses keberlangsungannya, organisasi-organisasi pemuda tersebut juga memiliki tantangan berupa tidak lahirnya kader-kader yang handal. Hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya waktu yang dimiliki karena kesibukan bekerja dan bersekolah. Sehingga seringkali keberadaan organisasi-organisasi tersebut tidak selalu eksis sepanjang tahunnya. Selain itu juga terdapat faktor-faktor tantangan lainnya yang juga menjadi penghambat terhadap keberlangsungan organisasi-organisasi kepemudaan tersebut, diantaranya adalah, organisasi kepemudaan tersebut belum memiliki basis finansial yang mandiri dalam menjalankan roda organisasinya. Terkait dengan tantangan ini, dukungan pemerintah desa untuk mendorong peningkatan kapasitas, dan pemderdayaan bagi organisasi pemuda menjadi sangat penting. Agar kreatifitas dari organisasi kepemudaan yang ada di desa Besuki mampu mendorong mereka memiliki kekuatan organisasi yang baik di bidang tata kelola organisasi dan kemandirian finansial.

Aset sosial lain yang tak kalah penting di desa Besuki adalah kesenian dan olah raga. Desa Besuki sendiri memiliki beberapa klub olah raga seperti klub sepak bola dan badminton. Klub-klub tersebut memiliki prestasi yang cukup baik, misalnya telah beberapa kali meraih juara dalam kompetisi-kompetisi di tingkat desa dan kecamatan. Namun dalam pengembangannya, aset kesenian dan olah raga juga memiliki beberapa tantangan, yakni: minimnya sarana dan prasarana olah raga. Selain itu juga terdapat tantangan lain berupa tidak adanya mekanisme pengembangan organisasi klub secara baik, sehingga seringkali capaian-capaian prestasi yang seharusnya bisa didapatkan lebih, menjadi terhambat. Tantangan ini menjadi catatan penting bagi pemerintah desa Besuki, agar dapat memberikan dukungan secara penuh terhadap pengembangan klub-klub olah raga yang ada, ataupun kelompok kesenian menjadi lebih baik.

4.   Finansial

Desa Besuki memiliki aset finansial yang cukup besar dan beragam. Dari pemetaan aset yang dilakukan lewat PAD, dapat ditemukan aset finansial berupa: pasar desa, , home industry-usaha rumah tangga; pembuatan gula merah,pembuatan dawet, cilok,pembuatan tempe, simpan pinjam, gedung olah raga, tabungan qurban, pologoro, , kelompok tani /ternak , bengkel, pande besi , lembaga keuangan masyarakat; simpan pinjam lembaga tahlil, jamaah barjanji, dawis dll.

Aset-aset finansial ini, telah menjadi salah satu faktor kunci dan pendukung utama dalam roda perekonomian dan pembangunan di desa Besuki. Misalnya, di dalam bentuk usaha rumah tangga yang terdiri dari produksi gula merah, tempe, telah mampu menopang perekonomian rumah tangga secara nyata. Dan mampu menyerap angka pengangguran. Hasil-hasil produk rumah tangga ini, yang umumnya dikelola oleh kaum perempuan, tidak hanya dijual di dalam desa Besuki, namun juga telah sampai ke luar desa. Di dalam pengelolaannya, usaha-usaha rumah tangga ini, juga ada yang dikelola secara berkelompok, baik dalam bentuk kelompok wanita ataupun kelompok sosial lainnya. Dengan bentuk kegiatan tersebut, usaha-usaha produksi yang dilakukan telah menjadi basis finansial bagi rumah tangga ataupun kelompok.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat desa Besuki juga tidak perlu harus jauh-jauh ke ibukota kecamatan, karena desa Besuki memiliki pasar desa, yang juga menyediakan kebutuhan rumah tangga secara lengkap. Pasar desa ini merupakan salah satu aset desa yang strategis, karena luasnya mencapai 3.000 meter. Pasar desa ini telah menjadi salah satu tempat transaksi keuangan antar warga ataupun kelompok warga di desa Besuki.

Selain itu, di desa Besuki, dalam menunjang kebangkitan perekonomian, juga dibantu oleh adanya beberapa unit kelompok simpan pinjam. Unit-unit tersebut telah memberikan dampak secara nyata, khususnya bagi kelompok warga miskin ataupun kelompok warga lainnya, seperti kelompok tani dalam hal pinjaman modal untuk pengembangan usaha. Sehingga kelompok-kelompok ataupun individu-individu yang masih mendapatkan kesulitan dalam pengembangan usaha karena terbatasnya modal dapat terbantu dan terus berkembang.

Dengan terus semakin berkembangnya industri skala rumahan ini, secara otomatis lapangan pekerjaan baru di Desa Besuki terus semakin bertambah. Sehingga kondisi ini membawa perputaran finansial terus terpusat di desa, sehingga migrasi orang-orang yang berada di desa keluar desa ataupun kota menjadi semakin minim.

Namun jika dicermati secara serius, masih terdapat beberapa tantangan yang harus diperhatikan. Misalnya, dalam pengembangan industry rumah tangga (home industry), usaha tersebut selalu terhambat oleh minimnya modal dan pemasaran. Akibatnya, usaha produksi yang terbangun selalu kembang kempis dan terkadang rawan bangkrut. Tidak semua kelompok home industry selalu mendapatkan kemudahan dalam peminjaman modal di unit-unit simpan pinjam yang ada di desa, karena unit simpan pinjam yang ada juga masih terbatas untuk melayani beberapa kelompok saja. Selain itu jikapun mendapatkan pinjaman modal untuk pengembangan usaha, juga masih terhambat oleh minimnya pemasaran produk yang dihasilkan.

Tantangan lain di dalam pengembangan produk rumah tangga adalah, hampir semua produk yang dihasilkan belum mendapatkan registrasi ataupun ijin dari dinas kesehatan terkait. Hal ini menurut beberapa kelompok warga, disebabkan oleh minimnya informasi bagaimana tata cara pengurusan ijin dari dinas kesehatan tersebut. Bagi sebagian kelompok warga yang mengembakan sektor industri rumah tangga ini, berharap untuk kedepan dapat diberi kemudahan dan informasi yang cukup dalam pemberian ijin atas usaha rumah tangga di desa Besuki, agar produk yang ditawarkan menjadi memiliki nilai lisensi sehat. Dengan demikian produk tersebut memiliki nilai jual yang tinggi.

Tantangan lain juga muncul dalam pengembangan sektor lembaga pinjaman keuangan yang ada di desa. Diharapkan untuk kedepan, lembaga-lembaga tersebut, seperti koperasi simpan pinjam, ataupun lembaga-lembaga sejenis, tidak hanya memberikan pinjaman kepada sesama anggotanya saja, namun juga terbuka luas bagi warga lainnya, seperti kelompok warga miskin. Terkait dengan ini, pemerintah desa harus berperan dan di tantang untuk memiliki strategi khusus untuk mendorong ataupun membangun semacam lembaga keuangan simpan pinjam yang dapat membantu kelompok-kelompok miskin.

5.    Fisik

Desa Besuki memiliki aset fisik berupa: pasar desa, puskesmas pembantu, kantor desa, lapangan sepak bola, tempat sampah, alat kebersihan desa, tanah kas desa, makam, PAUD, TK, dll. Lokasi aset fisik ini terletak di beberapa dusun. Misalnya di dusun Sikapat terdapat aset fisik berupa: puskemas pembantu, pasar desa, kantor desa, PAUD , TK dan lapangan sepak bola.

Keberadaan aset fisik ini telah memberikan manfaat secara nyata terhadap pembangunan desa selama ini. Misalnya, dalam memberikan fungsi pelayanan masyarakat, terdapat kantor pemerintah desa dan puskesmas pembantu. Begitu juga untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan dasar, terdapat beberapa institusi pendidikan seperti SD dan PAUD, TK.

Dari 12 aset fisik yang telah teridentifikasi lewat TPD ini terdapat beberapa tantangan yaitu: 1. Pasar: kondisinyaperlu peningkatan , perlu IPL, 2. Puskesmas: minimnya tenga medis dan bangunan fisiknya sudah mulai rusak,kurang sehat karena berada di lingkungan pasar desa 3. . Kantor Desa; minimnya kapasitas aparatur Pemdes, 4. Lapangan sepak bola: drainase tidak ada, 5. Alat kebersihan desa; jumlahnya masih terbatas, 6. Makam; kondisinya belum tersusun dengan rapi dan kapasitasnya sudah mulai penuh, 7. Sekolah (PAUD, TK, dll): minimnya sarana-prasarana pendidikan, minimnya tenaga pendidik, minimnya honor tenaga pengajar, dll.

6.     Kelembagaan

Aset kelembagaan di desa Besuki, terdiri dari: lembaga pendidikan, keagamaan, PKK, RT-RW, Kelompok tani/Gabungan kelompok Tani, Posyandu, BPD, TPD, LPMD, Karang Taruna, KPMD, LMDH dll. Lembaga-lembaga tersebut dapat dikatakan sebagai kekuatan utama dalam menjalankan roda pemerintahan dan kehidupan sosial sehari-hari di desa Besuki. Tanpa adanya lembaga-lembaga tersebut, dapat dipastikan pranata sosial, politik, budaya di desa Besuki tidak akan berjalan secara semestinya.

Lembaga-lembaga tersebut memiliki perannya masing-masing sesuai dengan potensi dan fungsinya dalam kehidupan berdesa. Tanpa adanya kelompok tani/gapoktan di desa Besuki, maka aspirasi ataupun segala macam persoalan yang ada di bidang pertanian tidak akan pernah terdeteksi. Begitu juga dengan arti pentingnya lembaga pendidikan. Tanpa adanya lembaga pendidikan yang memadai, maka bisa dipastikan kebutuhan pendidikan dasar di desa Besuki tidak akan terpenuhi dengan baik. Dan begitu juga dengan peran-peran lembaga lainnya.

Dari penggalian yang dilakukan oleh TPD, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat lewat pendekatan PAD, selain telah menemukan beberapa capaian keberhasilan, dapat ditemukan beberapa tantangan terkait dengan aset kelembagaan yang ada di Besuki, yakni: Dalam bidang lembaga pendidikan, dapat ditemukan tantangan berupa: terbatasnya jumlah anggaran dana yang diberikan, minimnya SDM pengajar dan minimnya buku-buku penunjang. Dalam bidang lembaga keagamaan, ditemukan tantangan berupa: minimnya Sarpras dan kurangnya SDM, khususnya tenaga pengajar. Sementara untuk lembaga PKK, ditemukan tantangan berupa: menurunnya jumlah anggota dan minimnya sarana informasi yang dapat menunjang kapasitas SDM dari anggota PKK. Dan dalam lembaga kelompok tani, ditemukan tantangan berupa: belum optimalnya infrastruktur irigasi yang berdampak pada menurunya hasil produksi yang dihasilkan. Dan untuk Posyandu, yang menjadi salah satu aktor penting dalam peningkatan kesehatan di desa, ditemukan tantangan berupa: kurang memadainya tempat kegiatan, dan minimnya kader kesehatan. Terkait dengan hasil identifikasi ini, sepertinya selain perlunya dilakukan kordinasi secara stretegis antar lembaga agar dapat terintegrasi dalam perencanaan pembangunan desa kedepan, juga perlu adanya perbaikan atas sarana dan prasarana

7.    Spritual dan Budaya

Desa Besuki memiliki beberapa aset spiritual dan budaya, yakni: Pertama, selamatan dusun dalam bentuk suran, nyadran dan doa bersama. Kedua, Peringatan hari besar Islam (PHBI), seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Nisfu Sa’ban, dan 10 Muharam. Ketiga, Pengajian. Keempat, Selametan kandungan, dalam bentuk Tingkep Kebo, Ngapati, Mitoni, Puputan, Aqiqah, Bancakan. Kelima, ritual kematian dalam bentuk tahlilan, mendak pisan, mendak pindo. Keenam, Ritual pendirian rumah. Ketujuh, ritual tanam/wiwit,racik. Kedelapan, gotong royong, dll.

Aset spiritual-budaya ini memiliki fungsi penting dalam menjaga keharmonisan antar sesama warga masyarakat dan juga terhadap alam semesta. Selain itu ia juga berperan penting dalam menjaga menumbuhkembangkan solidaritas sosial yang semakin lama semakin tergerus oleh kehidupan yang cenderung individualistik. Dan secara khusus dapat dikatakan sebagai modal sosial penting untuk dapat digunakan sebagai salah satu kekuatan untuk memperkuat desa.

Tantangan-tantangan terhadap aset spiritual budaya ini adalah: semakin berkurangnya kesadaran warga untuk menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam aset spiritual budaya tersebut. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi, seperti: kuatnya pengaruh budaya individualistik yang masuk lewat beragam cara, seperti acara televisi, tingginya angka kemiskinan, dll.

8. Pariwisata

Banyak sekali potensi wisata di Desa Besuki yang belum banyak diketahui, yaitu:

  1. Curug Sirongge
  2. Curug Pangkon
  3. Gua Nusantara
  4. Bukit Bungkuk


Total Dibaca

Kami mengatakan tidak untuk

  • Korupsi
  • Pungli

Contact Details

Telephone: 081 228 862 131
Email:  besuki14@gmail.com
Website: https://besuki-wadaslintang.wonosobokab.go.id

Jl. Kesenet Km 01 Dusun Sikapat Desa Besuki, Kec. Wadaslintang, Kab. Wonosobo